Monday 9 January 2017

Cuci Darah Untuk Mengatasi Gagal Ginjal

Sejatinya tubuh kita secara alami didesain untuk mampu melakukan cuci darah secara otomatis. Namun jika diperlukan, proses cuci darah dengan bantuan alat medis bisa dilakukan.
Saat ini cuci darah identik dengan proses medis untuk menghilangkan kelebihan kotoran dan air di dalam darah. Dalam proses alami, ginjal adalah organ yang bertanggung jawab dalam melakukan hal ini.
cuci darah untuk mengatasi gagal ginjal - alodokter

Kenapa Membutuhkan Cuci Darah?

Penyaringan darah adalah tugas ginjal. Pada penderita penyakit ginjal kronis atau gagal ginjal, fungsi ginjal ini tidak dapat dilakukan secara optimal.
Karena ginjal gagal untuk melakukan pembersihan, terjadilah penumpukan limbah dan cairan pada darah. Kondisi ini berisiko membahayakan kesehatan tubuh secara keseluruhan. Seseorang yang kehilangan fungsi ginjalnya antara 85-90 persen wajib melakukan cuci darah agar terhindar dari beragam komplikasi yang fatal.
Tentu saja dibutuhkan penilaian dari dokter dan serangkaian tes medis untuk menentukan mengenai wajib atau tidaknya seseorang melakukan cuci darah. Level kreatinin dan ureum pada darah adalah dua hal yang akan dijadikan tolok ukur keputusan dokter. Demikian juga pemeriksaan urine.  “Creatinine clearance” pada urine sebagai tolak ukur untuk memeriksa kecepatan ginjal menyaring darah. Normalnya  adalah 90-110 militer per menit. Jika kecepatan proses pembersihan kreatinin menurun sekitar 10-12cc/menit, maka orang tersebut wajib menjalani dialisis atau cuci darah.
Meski begitu, ada indikator lain yang mewajibkan pasien melakukan cuci darah meski Creatinine Clearance masih di atas angka minimal. Indikator tersebut adalah kemampuan tubuh pasien dalam mengatasi masalah kelebihan air, keluhan seputar jantung, pernapasan, perut, atau kebas di kaki.

Metode Cuci Darah

Dalam melakukan proses cuci darah, ada dua metode yang bisa dipilih pasien, yaitu hemodialisis atau peritoneal dialisis.
  • Hemodialisis
Jenis cuci darah hemodialisis adalah yang paling banyak dikenal orang. Jika seseorang memakai prosedur ini, dia akan melakukannya tiga kali seminggu.
Proses cuci darah dengan hemodialisis menggunakan dua selang yang dipisahkan oleh mesin penyaring. Selang pertama akan mengalirkan darah dari tubuh pasien melalui jarum menuju mesin penyaring. Dari mesin penyaring, darah akan menuju selang lain yang kemudian akan diteruskan ke dalam tubuh pasien.
Proses ini biasanya menghabiskan waktu sekitar empat jam dan hanya bisa dilakukan di rumah sakit. Efek samping yang biasanya muncul akibat hemodialisis adalah kulit gatal dan kram pada otot.
  • Peritoneal dialisis
Metode ini tidak memakai mesin penyaring sebagaimana metode hemodialisis. Adalah peritoneum yang merupakan lapisan dalam dari perut yang digunakan sebagai penyaring. Peritoneum memiliki ribuan pembuluh darah kecil yang bisa berfungsi selayaknya ginjal.
Pasien akan mendapatkan sayatan kecil di dekat pusar untuk jalan masuk kateter. Kateter ini akan ditinggal di dalam rongga perut secara permanen. Fungsinya adalah memasukkan cairan dialisat, yaitu cairan yang mengandung gula tinggi untuk menarik zat sampah dan kelebihan cairan dari pembuluh darah sekitar, ke dalam rongga perut. Pasien akan merasakan perut penuh selama proses ini. Setelah proses ini selesai,  cairan dialisat yang sudah mengandung zat sisa dan cairan ini dialirkan ke kantong khusus yang akhirnya dibuang. Lalu diganti dengan cairan segar.
Keuntungan proses cuci darah dengan metode ini adalah bisa dilakukan di rumah kapan saja dan biasanya dilakukan saat pasien sedang tidur. Sayangnya, metode ini harus dilakukan empat kali tiap hari dan memakan waktu sekitar 30 menit. Peronitis alias infeksi peritoneum yang mengelilingi rongga perut mungkin terjadi akibat metode ini. Kenaikan badan karena cairan dialisat yang mengandung kadar gula cukup tinggi, atau munculnya hernia karena berat cairan di dalam rongga perut, ini semua merupakan faktor risiko yang harus pasien pertimbangkan sebelum memutuskan.

Apakah Proses Cuci Darah akan Mengganggu Aktivitas Pasien?

Meski cuci darah tidak menyebabkan pasien yang melakukannya merasa kesakitan atau tidak nyaman, beberapa dari mereka mungkin akan mengalami sakit kepala, mual, muntah, kram, dan penurunan tekanan darah. Beberapa hal yang sering dirasakan pasien cuci darah adalah mudah lelah, depresi, dan merasa minim waktu untuk melakukan berbagai aktivitas.
Meski hal-hal di atas mungkin bisa dirasakan, sejatinya cuci darah tidak mengganggu aktivitas pasien. Buktinya banyak pasien yang melakukan cuci darah, namun tetap memiliki kualitas hidup yang baik. Mereka masih bisa bekerja atau melanjutkan sekolah. Cuci darah juga bukan halangan untuk melakukan berbagai aktivitas berenang, berolahraga, mengemudi, atau bahkan berlibur.
Proses dialisis adalah bentuk pertolongan terhadap kerusakan organ ginjal. Fungsi ginjal untuk menyaring darah seluruh tubuh inilah yang membuat ginjal merupakan salah satu organ vital. Maka dari itu, jagalah kesehatan ginjal Anda. Perbanyak konsumsi sayur-sayuran dan buah-buahan untuk menjaga tekanan darah di ginjal yang penting dalam proses penyaringan. Selain itu batasi pula konsumsi garam. -alodokter.com

No comments:

Post a Comment